MAKALAH
PENGKAJIAN
KURIKULUM SMK
TENTANG
: PENGEMBANGAN KURIKULUM
“Disusun oleh”
Nama : charles v. m. thomas
Nim :
12 313 950
![](file:///C:\Users\CHARLE~1\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image005.gif)
Semester : iv
(empat)
Prodi : ptik
FAKULTAS
TEKNIK
PROGRAM STUDI
PENDIDIKN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS
NEGERI MANADO
2014
2014
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa, yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada saya sehingga
dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Pengembangan Kurikulum”.
Adapun pembuatan makalah ini adalah sebagai tugas individu yang diberikan oleh
dosen dalam mata kuliah Sistem Telekomunikasi.
Dengan selesainya makalah ini,
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu kami harapkan demi kemajuan dalam hal Penyusunan Makalah di
kemudian hari.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal
sampai akhir.
Tondano, 10 Mei 2014
Penyusun
Charles V. M. Thomas
12 313 950
Penyusun
Charles V. M. Thomas
12 313 950
DAFTAR PUSTAKA
KATA
PENGANTAR
DAFTAR
ISI
BAB
I PENDAHULUAN
1.1.1
Latar Belakang
1.1.2
Rumusan Masalah
1.1.3
Tujuan
1.1.4
Manfaat
BAB
II PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Perkembangan Kurikulum
2.2
Prinsip
Pengembangan Kurikulum
2.3
Model – Model Pengembangan Kurikulum
2.3.1.1
Model Rogers
2.3.1.2
Model Ralp Tyler
2.3.1.3 Model
Hilda Taba
BAB
III PENUTUP
3.1
Kesimpulan
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kurikulum merupakan komponen sistem pendidikan yang
paling rentan terhadap perubahan. Paling tidak ada tiga faktor yang membuat
kurikulum harus selalu dirubah atau diperbaharui.
Pertama, karena adanya perubahan filosofi tentang
manusia dan pendidikan, khususnya mengenai hakikat kebutuhan peserta didik
terhadap pendidikan/pembelajaran.
Kedua, cara karena cepatnya perkembangan ilmu dan
teknologi, sehingga subject matter yang harus disampaikan kepada peserta
didik pun semakin banyak dan berragam.
Ketiga, adanya perubahan masyarakat, baik secara
sosial, politik, ekonomi, mau pun daya dukung lingkungan alam, baik pada
tingkat lokal maupun global.
Karena adanya
faktor-faktor tersebut, maka salah satu kriteria baik buruknya sebuah kurikulum
bisa dilihat pada fleksibilitas dan adaptabilitasnya terhadap perubahan. Selain
itu juga dilihat dari segi kemampuan mengakomodasikan isu-isu atau muatan lokal
dan isu-isu global. Hal ini diddasarkan pada kenyataan bahwa pendidikan harus
mampu mengantarkan peserta didik untuk hidup pada zaman mereka, serta memiliki
wawasan global dan mampu berbuat sesuai dengan kebutuhan lokal.
Untuk dapat menuju pada karakteristik kurikulum
ideal tersebut maka proses penyusunan kurikulum tidak lagi selayaknya dilakukan
oleh Negara dan diberlakukan bagi seluruh satuan pendidikan tanpa melihat
kondisi internal dan lingkungannya. Kurikulum henaknya disusun dari bawah (bottom
up) oleh setiap satuan pendidikan bersama dengan stakeholder masing-masing.
Berdasarkan pemikiran di atas, maka pemerintah dalam
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menegaskan
kurikulum nasional bukan lagi bersifat seragam, namun merupakan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam proses penyusunannya satuan pendidikan
diberi ruang untuk menyesuaikan kurikulum dengan kondisi sekolah, lingkungan
alam dan sosial ekonomi masysrakat, dan karakteristik peserta didik.
1.2
Rumusan
Masalah
Pada
makalah ini akan di bahas:
1. Pengertian Perkembangan Kurikulum ?
2. Prinsip Pengembangan Kurikulum ?
3.
Model-Model Pengembangan Kurikulum ?
1.3
Tujuan
Tujuan
dalam penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan dan diharapkan
bermanfaat bagi kita semua.
1.4
Manfaat
Bisa
menjadi ilmu pengetahuan yang berguna disaat menjadi seorang guru maupun siswa
atau mahasiswa supaya bisa menunjang pendidikan bahkan kurikulum yang sudah
dijalani maupun yang akan datang.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Pengembangan Kurikulum
Pengembangan kurikulum adalah istilah yang komprehensif,
didalamnya mencakup: perencanaan, penerapan dan evaluasi. Perencanaan kurikulum
adalah langkah awal membangun kurikulum ketika pekerja kurikulum membuat
keputusan dan mengambil tindakan untuk menghasilkan perencanaan yang akan
digunakan oleh guru dan peserta didik. Penerapan Kurikulum atau biasa disebut
juga implementasi kurikulum berusaha mentransfer perencanaan kurikulum ke dalam
tindakan operasional.
Evaluasi kurikulum merupakan tahap akhir dari pengembangan
kurikulum untuk menentukan seberapa besar hasil-hasil pembelajaran, tingkat
ketercapaian program-program yang telah direncanakan, dan hasil-hasil kurikulum
itu sendiri. Dalam pengembangan kurikulum, tidak hanya melibatkan orang yang terkait
langsung dengan dunia pendidikan saja, namun di dalamnya melibatkan banyak
orang, seperti : politikus, pengusaha, orang tua peserta didik, serta unsur –
unsur masyarakat lainnya yang merasa berkepentingan dengan pendidikan.
Perinsip dasar pengembangan kurikulum merupakan aspek yang
harus dikuasai dan diperhatikan dalam pembinaan dan pengembangan kurikulum,
sehingga sekolah memiliki program pendidikan yang sesuai dengan filsafat hidup,
kondisi dan kebutuhan siswa serta sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan
masyarakat. Fungsi dan cara mengembangkan kurikulum ialah sebagai pedoman bagi guru dalam
melaksanakan tugasnya.
2.2 Prinsip Pengembangan Kurikulum
Prinsip-prinsip yang akan digunakan dalam kegiatan
pengembangan kurikulum pada dasarnya merupakan kaidah-kaidah atau hukum yang
akan menjiwai suatu kurikulum. Dalam pengembangan kurikulum, dapat menggunakan
prinsip-prinsip yang telah berkembang dalam kehidupan sehari-hari atau justru
menciptakan sendiri prinsip-prinsip baru. Oleh karena itu, dalam implementasi
kurikulum di suatu lembaga pendidikan sangat mungkin terjadi penggunaan
prinsip-prinsip yang berbeda dengan kurikulum yang digunakan di lembaga pendidikan
lainnya, sehingga akan ditemukan banyak sekali prinsip-prinsip yang digunakan
dalam suatu pengembangan kurikulum.
Dalam hal ini, Nana Syaodih Sukmadinata (1997)
mengetengahkan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum yang dibagi ke dalam dua
kelompok : (1) prinsip – prinsip umum : relevansi, fleksibilitas, kontinuitas,
praktis, dan efektivitas; (2) prinsip-prinsip khusus : prinsip berkenaan dengan
tujuan pendidikan, prinsip berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan, prinsip
berkenaan dengan pemilihan proses belajar mengajar, prinsip berkenaan dengan
pemilihan media dan alat pelajaran, dan prinsip berkenaan dengan pemilihan
kegiatan penilaian. Sedangkan Asep Herry Hernawan dkk (2002) mengemukakan lima
prinsip dalam pengembangan kurikulum, yaitu :
- Prinsip relevansi; secara internal bahwa kurikulum memiliki relevansi di antara komponen-komponen kurikulum (tujuan, bahan, strategi, organisasi dan evaluasi). Sedangkan secara eksternal bahwa komponen-komponen tersebutmemiliki relevansi dengan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi (relevansi epistomologis), tuntutan dan potensi peserta didik (relevansi psikologis) serta tuntutan dan kebutuhan perkembangan masyarakat (relevansi sosilogis).
- Prinsip fleksibilitas; dalam pengembangan kurikulum mengusahakan agar yang dihasilkan memiliki sifat luwes, lentur dan fleksibel dalam pelaksanaannya, memungkinkan terjadinya penyesuaian-penyesuaian berdasarkan situasi dan kondisi tempat dan waktu yang selalu berkembang, serta kemampuan dan latar bekang peserta didik.
- Prinsip kontinuitas; yakni adanya kesinambungandalam kurikulum, baik secara vertikal, maupun secara horizontal. Pengalaman-pengalaman belajar yang disediakan kurikulum harus memperhatikan kesinambungan, baik yang di dalam tingkat kelas, antar jenjang pendidikan, maupun antara jenjang pendidikan dengan jenis pekerjaan.
- Prinsip efisiensi; yakni mengusahakan agar dalam pengembangan kurikulum dapat mendayagunakan waktu, biaya, dan sumber-sumber lain yang ada secara optimal, cermat dan tepat sehingga hasilnya memadai.
- Prinsip efektivitas; yakni mengusahakan agar kegiatan pengembangan kurikulum mencapai tujuan tanpa kegiatan yang mubazir, baik secara kualitas maupun kuantitas.
Terkait dengan pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan, terdapat sejumlah prinsip-prinsip yang harus dipenuhi, yaitu :
- Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan.
- Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenis pendidikan, tanpa membedakan agama, suku, budaya dan adat istiadat, serta status sosial ekonomi dan gender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat antarsubstansi.
- Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni berkembang secara dinamis, dan oleh karena itu semangat dan isi kurikulum mendorong peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
- Relevan dengan kebutuhan kehidupan. Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional merupakan keniscayaan.
- Menyeluruh dan berkesinambungan. Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antarsemua jenjang pendidikan.
- Belajar sepanjang hayat. Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal dan informal, dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.
- Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pemenuhan prinsip-prinsip di atas itulah yang membedakan
antara penerapan satu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dengan kurikulum
sebelumnya, yang justru tampaknya sering kali terabaikan. Karena
prinsip-prinsip itu boleh dikatakan sebagai ruh atau jiwanya kurikulum
Dalam mensikapi suatu perubahan kurikulum, banyak orang
lebih terfokus hanya pada pemenuhan struktur kurikulum sebagai jasad dari
kurikulum . Padahal jauh lebih penting adalah perubahan kutural (perilaku) guna
memenuhi prinsip-prinsip khusus yang terkandung dalam pengembangan kurikulum.
2.3 Model-Model
Pengembangan Kurikulum
2.3.1
Model
Rogers
Kurikulum
yang dikembangkan hendaknya dapat mengembangkan individu secara fleksibel
terhadap perubahan-perubahan dengan cara melatih diri berkomunikasi secara
interpersonal.
Langkah-langkah sebagai berikut :
1. Diadakannya kelompok untuk dapatnya
hubungan interpersonal ditempat yang tidak sibuk.
2. Kurang lebih dalam satu minggu
peserta mengadakan saling tukar pengalaman, dibawah pimpinan staf mengajar.
3. Kemudian diadakan pertemuan dengan
masyarakat yang lebih luas lagi dalam satu sekolah, sehingga hubungan
interpersonal akan menjadi lebih sempurna. Yaitu hubungan hubungan antara guru
dengan guru, guru dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik
dalam suasanan yang akrab.
4. Selanjutnya pertemuan diadakan
dengan mengikutsertakan anggota yang lebih luas lagi, yaitu dengan
mengikutsertakan para pegawai administrasi dan orang tua peserta didik. Dalam
situasi yang demikian diharapkan masing-masing person akan akan saling
menghayati dana lebih akrab, sehingga memudahkan berbagai pemecahan problem
sekolah yang dihadapi.
Dengan langkah-langkah tersebut
diharapkan penyusunan kurikulum akan lebih realistis, karena didasari oleh
kenyataan yang diharapkan.
2.3.2
Model
Ralp Tyler
Tyler mengungkapkan bahwa untuk mengembangkan suatu
kurikulum, perlu menempatkan empat pertanyaan berikut :
1. What educational purpose should the
school seek to attain? (objectives
2. What educational experiences are
likely to aatain these objectives? (instructional strategic and content)
3. How can these educational
experiences be organized effectively? (organizing learning experiences)
4. How can we determine whether these
purposes are being attain? (identifikasi dan evaluasi)
Sebagai bapak pengembangan kurikulum. Tyler telah menanamkan
perlunya hal yang lebih rasional, sistematis, dan pendekatan yang berarti dalam
tugas mereka. Tetapi, karya tyler atau pendapat tyler sering dipandang rendah
oleh penulis sesudahnya. Hal itu karena dalam hal menentukan objectives model,
ia terkesan sangat kaku. Namun pandangan yang demikian sebenarnya tidak selalu
benar, mengingat banyak karya atau tulisan tyler yang telah salah
diintepretasi, dianalisis secara dangkal dan bahkan cenderung menghindarinya.
Brady, sebagai contoh dengan kaitannya pertanyaan diatas, menganjurkan bahwa:
the four steps are sometimes simplified to read “objectives , “content ,
“method and “evaluation . Namun dengan tegas tyler mengatakan bahwa merujuk
pada pengaaman belajar dalam pertanyaan 2 sebagai: the interaction betweenthe
learner and the external conditions in the environmental to which be can react
(Print: 1993: 64).
Sama halnya dengan itu, beberapa penulis lain berpendapat
bahwa tyler tidak menjelaskan sumber tujuan (source of objectives) secara
memadai. Tetapi, sebenarnya tyler telah membahas hal itu dalam satu buku utuh.
Dia telah menguraikan dan menganalisis sumber-sumber tujuanyang dating dari
anak didik, mempelajari kehidupan kotemporer, matapelajaran yang bersifat
akademik, filsafat, dan psikologi belajar.
Tentu saja Tyler memiliki pengaruh yang kuat dan luas
terhadap para pengembang kurikulum atau penulis kurikulum lainnya selama tiga
decade yang lalu.
2.3.3
Model
Hilda Taba
Pendekatan kurikulum yang dilakukan
oleh Taba yaitu dengan memodifikasi model dasar Tyler agar lebih representatif
terhadap perkembangan kurikulum diberbagai sekolah. Dalam pendekatannya, Taba
menganjurkan untuk menggunakan pertimbangan ganda terhadap isi (organisasi
kurikulum yang logis) dan individu pelajar (psikologi organisasi kurikulum).
Langkah-langkah dalam proses pengembangan kurikulum menurut Taba adalah:
Step 1 : Diagnosa kebutuhan
Step 2 : formulasi pokok-pokok
Step 3 : Seleksi isi
Step 4 : Organisasi isi
Step 5 : Seleksi pengalaman belajar
Step 6 : Organisasi pengalaman belajar
Step 7 : penentuan tentang apa yang harus dievaluasi dan
cara melakukannya
Taba mengklaim bahwa bahw keputusan
keputusan-keputusan pada elemen mendasar harus dibuat valid. Kriteria mungkin
berasal dari berbagai sumber yakni, dari tradisi, tekanan tekanan sosial dan
kebiasaan-kebiasaan yang ada.
Agar kurikulum menjadi berguna pada
pengalaman belajar murid, bahwa sangatlah penting mediagnosis berbagai
kebutuhan anak. Hal ini merupakan langkah penting pertama dari Taba. Tentang
apa yang anak didik inginkan dan perlukan untuk belajar. Langkah kedua yakni,
formulasi yang jelas dan tujuan tuuan yang komprehensif untuk membentuk dasar
pengembangan elemen-elemen berikutnya. Taba berpendapat bahwa hakikat tujuan akan
menentukan jenis pelajaran yang perlu untuk diikuti.
Langkah 3 dan 4 diintegrasikan dalam
realitas meskipun untuk tujuan mempelajari kurikulum. Taba membedakan diantara
keduanya, untuk menggunakan langkah-langkah ini pendidik perlu menformulasikan
dulu tujuan-tujuan, sebagaimana halnya mengetahui secara mendalam terhadap isi
kurikulum. Begitu juga dengan 5 dan 6 yang berhubungan dengan tujuan dan isi.
Untuk menggunakan langkah ini secara efektif taba menganjurkan para pengembang
kurikulum untuk memperoleh suatu pengertian terhadap prinsip-prinsip belajar
tertentu, strategi konsep yang dipakai, dan urutan belajar. Pada langkah
terakhir (7) Taba menganjurkan para pengembang kurikulum untuk
mengonsepkan dan merencanakan berbagai strategi evaluasi. Model kurikulum Tyler
dan Taba dikategorikan kedalam Rational Model atau Objectives Model.
Kelebihan dari model Taba dan model
Tyler ini yakni, Rational Model yang logis strukturnya menjadikan sebagai dasar
yang berguna dalam perencanaan dan pemikiran kurikulum. Model ini telah
menghindari kebingungan, sebuah tugas yang susah dari perspektif kebanyakan
pengembang kurikulum. Para pendidik dan para pengembang kurikulum yang bekerja
dibawah model rasional (rational model) memberikan suatu jalan yang tidak
berbelit-belit dan mempunyai pendekatan waktu yang efisien. Dalam mengevaluasi
proses kurikulum, satu hal yang dapat diargumenkan adalah tyler dan taba telah
mendapatkan sesuatu yang sifatnya rasional, yang menyokong pembangunan
kurikulum setidaknya dari perspektif rasional.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
- Pengertian Pengembangan kurikulum adalah istilah yang komprehensif, didalamnya mencakup: perencanaan, penerapan dan evaluasi. Perencanaan kurikulum adalah langkah awal membangun kurikulum ketika pekerja kurikulum membuat keputusan dan mengambil tindakan untuk menghasilkan perencanaan yang akan digunakan oleh guru dan peserta didik. Penerapan Kurikulum atau biasa disebut juga implementasi kurikulum berusaha mentransfer perencanaan kurikulum ke dalam tindakan operasional.
- Prinsip-prinsip yang akan digunakan dalam kegiatan pengembangan kurikulum pada dasarnya merupakan kaidah-kaidah atau hukum yang akan menjiwai suatu kurikulum.
Dalam hal ini, Nana Syaodih
Sukmadinata (1997) mengetengahkan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum yang
dibagi ke dalam dua kelompok : (1) prinsip – prinsip umum : relevansi,
fleksibilitas, kontinuitas, praktis, dan efektivitas; (2) prinsip-prinsip
khusus : prinsip berkenaan dengan tujuan pendidikan, prinsip berkenaan dengan
pemilihan isi pendidikan, prinsip berkenaan dengan pemilihan proses belajar
mengajar, prinsip berkenaan dengan pemilihan media dan alat pelajaran, dan
prinsip berkenaan dengan pemilihan kegiatan penilaian.
- Model – Model Pengembangan Kurikulum yaitu :
Model Rogers : Kurikulum yang dikembangkan hendaknya
dapat mengembangkan individu secara fleksibel terhadap perubahan-perubahan
dengan cara melatih diri berkomunikasi secara interpersonal.
Model Ralp Tyler : Namun dengan tegas tyler mengatakan
bahwa merujuk pada pengamatan belajar dalam pertanyaan 2 sebagai: the
interaction betweenthe learner and the external conditions in the environmental
to which be can react.
Model Hilda Taba :Pendekatan kurikulum yang dilakukan
oleh Taba yaitu dengan memodifikasi model dasar Tyler agar lebih representatif
terhadap perkembangan kurikulum diberbagai sekolah. Dalam pendekatannya, Taba
menganjurkan untuk menggunakan pertimbangan ganda terhadap isi (organisasi
kurikulum yang logis) dan individu pelajar (psikologi organisasi kurikulum).
DAFTAR PUSTAKA
Nana Syaodih Sukmadinata, 2008.
Pengembangan Kurikulum, Teori dan praktek. Rosdakarya, Bandung